Jumat, 12 Desember 2014

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN RISIKO INFEKSI

A.      Pengertian
Infeksi adalah invasi tubuh oleh pathogen atau mikroorganisme yang mampu menyebabkan sakit (Potter&Perry,2005). Infeksi nosocomial adalah infeksi yang diakibatkan oleh pemberian layanan kesehatan dalam fasilitas perawatan kesehatan.
Infeksi iatrogenic adalah infeksi nosocomial yang diakibatkan oleh prosedur diagnostic atau tereapeutik. Infeksi nosocomial dapat terjadi secara eksogen atau endogen. Infeksi secara eksogen didapat dari mikroorganisme eksternal terhadap individu yang bukan merupakan flora normal, contohnya organisme Salmonella. Infeksi endogen terjadi bila sebagian dari flora normal dari pasien berubah dan terjadi pertumbuhan berlebihan.contohnya infeksi yang disebabkan enterokokus, ragi dan streptokokus.
Flora normal adalah mikroorganisme yang ada pada lapisan permukaan dan di dalam kulit, saliva, mukosa oral dan saluran gastrointestinal yang pada jumlah tertentu tidak akan menyebabkan sakit tetapi justru turut berperan dalam memelihara kesehatan. Sementara resiko infeksi adalah mengalami peningkatan resiko terserang organisme patogenik (Herdman,T. Heather, 2012)
Beberapa faktor yang mencetuskan risiko infeksi pada pasien menurut Potter & Perry (2005) adalah:
1)      Agen
Agen itu penyebab infeksinya, yaitu mikroorganisme yang masuk bisa karena agennya sendiri atau karena toksin yang dilepas.
2)      Host
Host itu yang terinfeksi, jadi biarpun ada agen, kalau tidak ada yang bisa dikenai, tidak ada infeksi..Host biasanya orang atau hewan yang sesuai dengan kebutuhan agen untuk bisa bertahan hidup atau berkembang biak.


3)      Environment (lingkungan)
Environment itu lingkungan di sekitar agen dan host, seperti suhu, kelembaban, sinar matahari, oksige dan sebagainya. Ada agen tertentu yang hanya bisa bertahan atau menginfeksi pada keadaan lingkungan yang tertentu juga.

B.       Tanda dan Gejala
Tanda dan Gejala yang lazim terjadi, pada infeksi (Smeltzer, 2002) sebagai berikut :
1.      Rubor
Rubor atau kemerahan merupakan hal yang pertama yang terlihat di daerah yang mengalami peradangan. Saat reaksi peradangan timbul, terjadi pelebaran arteriola yang mensuplai darah ke daerah peradangan. Sehingga lebih banyak darah mengalir ke mikrosirkulasi local dan kapiler meregang dengan cepat terisi penuh dengan darah. Keadaan ini disebut hyperemia atau kongesti, menyebabkan warna merah local karena peradangan akut.
2.      Kalor
Kalor terjadi bersamaan dengan kemerahan dari reaksi peradangan akut. Kalor disebabkan pula oleh sirkulasi darah yang meningkat. Sebab darah yang memiliki suhu 37 derajat celcius disalurkan ke permukaan tubuh yang mengalami radang lebih banyak daripada ke daerah normal.
3.      Dolor
Perubahan pH local atau konsentrasi local ion-ion tertentu dapat merangsang ujung-ujung saraf. Pengeluaran zat seperti histamine atau bioaktif lainnya dapat merangsang saraf. Rasa sakit disebabkan pula oleh tekanan meninggi akibat pembengkakan jaringan yang meradang.
4.      Tumor
Pembengkakan sebagian disebabkan hiperemi dan sebagian besar ditimbulkan oleh pengiriman cairan dan sel-sel dari sirkulasi darah ke jaringan-jaringan interstitial.



5.      Functio Laesa
Merupakan reaksi peradangan yang telah dikenal. Akan tetapi belum diketahui secara mendalam mekanisme terganggunya fungsi jaringan yang meradang.

C. Pohon Masalah


D.      Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan laboratorium yang langsung berhubungan dengan infeksi antara lain pemeriksaan darah lengkap yang meliputi: hemoglobin, leukosit, hematokrit, eritrosit, trombosit, MCH, MCHV, hitung jenis: basofil, eosinofil, batang segmen, limfosit, dan monosit, kimia klinik: LED, GDS, dan albumin.
E.       Penatalaksanaan Medis
a.       Aseptic
Tindakan yang dilakukan dalam pelayanan kesehatan. Istilah ini dipakai untuk menggambarkan semua usaha yang dilakukan untuk mencegah masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh yang kemungkinan besar akan mengakibatkan infeksi. Tujuan akhirnya adalah mengurangi atau menghilangkan jumlah mikroorganisme, baik pada permukaan benda hidup maupun benda mati agar alat-alat kesehatan dapat dengan aman digunakan.
b.      Antiseptic
Upaya pencegahan infeksi dengan cara membunuh atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada kulit dan jaringan tubuh lainnya.
c.       Dekontaminasi
Tindakan yang dilakukan agar benda mati dapat ditangani oleh petugas kesehatan secara aman, terutama petugas pembersihan medis sebelum pencucian dilakukan. Contohnya adalah meja pemeriksaan, alat-alat kesehatan dan sarung tangan yang terkontaminasi oleh darah atau cairan tubuh disaat tindakan dilakukan.
d.      Pencucian
Tindakan menghilangkan semua darah, cairan tubuh, atau setiap benda asing seperti debu dan kotoran
e.       Sterilisasi
Tindakan menghilangkan semua mikroorganisme (bakteri, jamur, parasite dan virus) termasuk bakteri endospore dari benda mati
f.       Desinfeksi
Tindakan menghilangkan sebagian besar (tidak semua) mikroorganisme penyebab penyakit dari benda mati. Desinfeksi tingkat tinggi dilakukan dengan merebus atau menggunakan larutan kimia. Tindakan ini dapat menghilangkan semua mikroorganisme, kecuali beberapa bakteri endospore.
F.      Pengkajian Keperawatan
1.      Identitas
Mendapatkan data identitas pasien meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, alamat, nomor registrasi, dan diagnosa medis.
2.      Riwayat kesehatan
a.       Keluhan utama : Keluhan yang paling dirasakan pasien untuk mencari bantuan
b.      Riwayat kesehatan sekarang: Apa yang dirasakan sekarang
c.       Riwayat penyakit dahulu
Apakah kemungkinan pasien belum pernah sakit seperti ini atau sudah pernah
d.      Riwayat kesehatan keluarga
Meliputi penyakit yang turun temurun atau penyakit tidak menular
3.      Kebutuhan Bio-Psiko-Sosial-Spiritual
Kebutuhan Bio-Psiko-Sosial-Spiritual meliputi bernapas, makan, minum, eleminasi, gerak dan aktivitas, istirahat tidur, kebersihan diri, pengaturan suhu, rasa aman dan nyaman, sosialisasi dan komunikasi, prestasi dan produktivitas, pengetahuan, rekreasi dan ibadah.
4.      Pemeriksaan fisik
a.       Keadaan Umum
Keadaan umum meliputi: kesan umum, kesadaran, postur tubuh, warna kulit, turgor kulit, dan kebersihan diri.
b.      Gejala Kardinal
Gejala cardinal meliputi: suhu, nadi, tekanan darah, dan respirasi.
c.       Keadaan Fisik
Keadaan fisik meliputi pemeriksaan dari kepala sampai ekstremitas bawah.
1)      Inspeksi     : kaji kulit, warna membran mukosa, penampilan umum,  keadekuatan sirkulasi sitemik, pola pernapasan, gerakan dinding dada.
2)      Palpasi       : daerah nyeri tekan, meraba benjolan atau aksila dan jaringan payudara, sirkulasi perifer, adanya nadi perifer, temperatur kulit, warna, dan pengisian kapiler.
3)      Perkusi      : mengetahui cairan abnormal, udara di paru-paru, atau kerja diafragma.
4)      Auskultasi : bunyi yang tidak normal, bunyi murmur, serta bunyi gesekan, atau suara napas tambahan.
5.      Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium yang langsung berhubungan dengan infeksi antara lain pemeriksaan darah lengkap yang meliputi: hemoglobin, leukosit, hematokrit, eritrosit, trombosit, MCH, MCHV, hitung jenis: basofil, eosinofil, batang segmen, limfosit, dan monosit, kimia klinik: LED, GDS, dan albumin.
G.    Diagnosa Keperawatan
Resiko infeksi
Definisi: mengalami peningkatan resiko terserang organisme patogenik
Faktor resiko:
·           Penyakit kronis
-          Diabetes mellitus
-          Obesitas
·           Pengetahuan yang tidak cukup untuk menghindari pemajanan pathogen
·           Pertahanan tubuh primer yang tidak adekuat
-          Gangguan peristaltic
-          Kerusakan intregitas kulit (pemasangan kateter intravena, prosedur invasif)
-          Perubahan sekresi pH
-          Penurunan kerja siliaris
-          Pecah ketuban dini
-          Pecah ketuban lama
-          Merokok
-          Statis cairan tubuh
-          Trauma jaringan (mis., trauma, destruksi jaringan)
·           Ketidakadekuatan pertahanan sekunder
-          Penurunan hemoglobin
-          Imunosupresi (mis., imunitas didapat tidak adekuat, agen farmaseutikal termasuk imunosupresan, steroid, antibody monoclonal, imunomodulator)
-          Leukopenia
-          Suspensi respon inflamasi
·           Vaksinasi tidak adekuat
·           Pemajanan terhadap pathogen lingkungan yang meningkat
-          Wabah
·           Prosedur invasif
·           Malnutrisi
H.       Rencana Keperawatan
No
Diagnosa
Kriteria hasil
Intervensi
Rasional
1.       
Resiko infeksi berhubungan dengan…
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama …..x 24 jam.resiko infeksi berkurang dengan kriteria hasil

NOC:
Infection severity
Risk control: Infection Process
1.      Tidak ada purulent sputum
2.      Pembuangan purulent
3.       Demam
4.      Ketidakstabilan suhu
5.      Infiltrasi x-ray dada
6.      Kolonisasi kultur sputum
7.      Mencari informasi terbaru mengenai kontrol infeksi
8.      Identifikasi faktor resiko infeksi
9.      Menyatakan resiko infeksi personal
10.  Identifikasi resiko infeksi dalam kehidupan sehari-hari
11.  Identifikasi strategi proteksi diri dari orang yang terkena infeksi
NIC:
Infection Control
Infection Protection
1.      Instruksikan pengunjung untuk mencuci tangan saat memasuki dan keluar dari ruangan pasien
2.      Gunakan sarung tangan sesuai mandat
3.      Melakukan terapi antibiotic
4.      Monitor kerentanan terhadap infeksi
5.      Menyarankan napas dalam dan batuk efektif




1.    Meminta pengunjung mencuci tangan agar tidak ada mikroorganisme yang tertinggal di tangan
2.    Menggunakan sarung tangan untuk melindungi tangan dari cairan dan hal lain yang dapat menjadi media penularan penyakit
3.     Memberikan obat untuk mencegah infeksi
4.    Mengawasi kerentanan terhadap penyebaran infeksi
5.    Memberi saran melakukan napas dalam dan batuk efektif agar secret mudah keluar
Filed Under :

0 komentar for "LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN RISIKO INFEKSI"

Posting Komentar

background